Teks Sholawat Badar Lengkap beserta Arab dan Latin
Hai, Sobat Bacaankita! Udah pada denger tentang Sholawat Badar? Kalo belum, wah, kalian ketinggalan banget nih! Sholawat Badar itu seru banget dan punya makna yang keren abis, lo! Nah, di artikel kali ini, kita bakal bahas teks lengkapnya. Siap-siap ya!
Sholawat kepada Nabi Muhammad tidak hanya dilakuan oleh umat manusia. Allah dan para malaikat juga bersholawat kepada Nabi Muhammad. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S Al-Ahzab [33]:56).
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersholwatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
Cara Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi Muhammad berdeda dengan cara kita bersholawat untuk Nabi Muhammad. Allah bersholawat kepada Nabi Muhammad dengan menurunkan rahmat-Nya. Adapun para malaikat bersholawat dengan cara memohon ampunan dan memberi pernghormatan untuk Nabi Muhammad.
Pengenalan singkat tentang Sholawat Badar
Sholawat adalah cara kita untuk mengingat dan memuji Nabi Muhammad, yang merupakan utusan Allah SWT. Dengan bersholawat, kita tunjukin rasa cinta dan penghormatan kita kepada beliau.
Sejarah Sholawat Badar
Asal-usul Sholawat Badar
Sholawat Badar dikarang oleh KH M Ali Manshur sekitar tahun 1960-an. Kiai Ali Manshur memiliki garis keturunan berdarah ulama besar. Dari ayah, tersambung hingga Kiai Shiddiq Jember sedangkan dari jalur ibu, tersambung dengan Kiai Basyar, seorang ulama di Tuban.
“Abah dilahirkan di Jember pada 23 Maret 1921. Nasabnya masih menyambung ke Kiai Shidiq Jember. Kalau dari jalur ibu asli orang Tuban,” kata putra kedua Kiai Ali yang bernama Kiai Syakir Ali, Senin (4/2).
Sholawat Badar dewasa ini sudah menjadi syair wajib bagi nahdliyin. Hampir setiap kegiatan NU, Sholawat ini dilantunkan. Bahkan sudah merambah ke genre musik pop yang dipopulerkan oleh beberapa grup band dan penyanyi religi. Tak hanya di Indonesia, Sholawat Badar juga dikenal di berbagai belahan negara Islam di dunia.
Kiai Ali terkenal haus ilmu. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lain. Mulai dari Pesantren Termas Pacitan, Pesantren Lasem, Pesantren Lirboyo Kediri hingga Pesantren Tebuireng Jombang.
Kiai Syakir mengisahkan, waktu kecil Kiai Ali belajar di Tuban. Setelah itu Kiai Ali ingin belajar ke Termas namun ia hanya punya modal sepeda onthel dan nasi jagung. Akhirnya dari Tuban ke Tremas, ia naik onthel dan bekal nasi jagung. Selama di pesantren Kiai Ali menerima jasa ojek ke pasar dan hasilnya untuk membeli kitab.
“Kiai Ali suka ilmu Arrudh (Ilmu Sya’ir), dan belajar ilmu ini di Lirboyo. Ia sering diajak diskusi pengasuh masalah Arrudh. Menurut Gus Dur, Kiai Ali juga pernah belajar di Tebuireng,” ujarnya.
Seusai nyantri, Kiai Ali kembali ke Tuban dan aktif berorganisasi di Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Ia juga aktif sebagai seorang pegawai di bawah Kementerian Agama. Tepatnya, menjadi Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di kecamatan hingga promosi menjadi Kepala Kementerian Agama (Kemenag) di tingkat kabupaten.
Pada tahun 1955, Kiai Ali terpilih sebagai anggota Konstituante mewakili Partai NU Cabang Bali. Pada 1962, ia memutuskan pindah ke Banyuwangi dan dipercaya menjadi Ketua Cabang NU Banyuwangi. Selama di Banyuwangi inilah, Kiai Ali melahirkan karya fenomenal Shalawat Badar .
Ada kisah yang sangat menyita perhatian sesaat sebelum Kiai Ali menulis Sholawat Badar. Kiai Ali bermimpi didatangi orang berjubah putih yang diduga para ahli perang badar.
Dalam keputusan Muktamar ke-28 NU di Krapyak, Yogyakarta, Sholawat Badar dikukuhkan menjadi Mars Nahdlatul Ulama (NU). Keputusan ini ditegaskan kembali oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat menjabat ketua PBNU pada Muktamar ke-30 di Lirboyo Kediri. Pada Harlah ke-91 NU, Kiai Ali juga dianugerahi tanda jasa Bintang Kebudayaan atas karyanya ini.
“Awalnya banyak yang tidak tahu siapa penulis Sholawat Badar sebelum Gus Dur menyebutkan Kiai Ali sebagai pengarangnya. Saat itu Gus Dur takut Sholawat Badar diakui orang luar. Gus Dur minta saya bawakan data penguat bila Kiai Ali memang penulis Sholawat Badar ke Jakarta,” papar Kiai Syakir.
Pasca dibahas oleh Gus Dur, nama Kiai Ali terus jadi bahan pembicaraan di kalangan para ahli sejarah dan budayawan, terutama dari kalangan Nahdliyin. Sehingga akhirnya banyak para peziarah dari berbagai daerah datang ke Desa Maibit untuk ziarah dan membuktikan kebenaran ucapan Gus Dur.
Saat ini di makam Kiai Ali tertulis prasasti Sholawat Badar yang terletak dibagian barat makam. Setiap hari selalu ada yang berziarah ke makam, terutama para santri yang belajar di pesantren milik putra-putrinya di sekitar pesantren.
“Saya hanya menjelaskan sesuai yang dituliskan Abah saja. Saya fotokopikan catatan abah dan tak kasih kepada yang minta,” ungkap Kiai Syakir.
Sosok Kiai Ali Manshur memang unik, makamnya berada di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Dulu tak banyak yang tahu kalau Kiai Ali di makamkan di Desa Maibit. Bahkan beberapa warga desa setempat tak mengenal sepak terjang Kiai Ali. Makam Kiai Ali baru beberapa tahun terakhir direnovasi dan sering dikunjungi khalayak ramai.
Menurut Kiai Syakir, hal ini bukan disengaja melainkan memang tak banyak orang mencari tahu. Baru lah setelah Gus Dur bicara tentang Sholawat Badar banyak orang yang mencari dan menelisik sejarah Kiai Ali. Ia bersyukur Kiai Ali suka menulis dan punya catatan pribadi setiap melakukan sesuatu. Sehingga tak bingung menjelaskan kepada penanya.
“Abah itu punya buku harian dan suka menulis kegiatannya di buku harian, kertas kosong dan pinggir kitab. Sampai sekarang saya masih punya catatan pribadi Kiai Ali dalam tulisan Pegon dan Latin,” akunya
Diantara catatan dalam tulisan pegon yang ditemukan seperti: Naliko kulo gawe lagune Sholawat Badar, yoiku sak ba’dane teko songko Makkah al-Mukarramah, kang tak anyari waktu lailatul qiro’ah kelawan ngundang almarhum Haji Ahmad Qusyairi sak muride. Yoiku ono malem jum’at tahun 1960, tonggoku podo ngimpi weruh ono bongso sayyid utowo habib podho melebu ono omahku. Wa karimati, Khotimah, ugo ngimpi ketho’ kanjeng Nabi Muhammad iku rangkul-rangkulan karo al-faqir. Kiro-kiro dino jum’at ba’da shubuh, tonggo-tonggo podho ndodok lawang pawon, podho takon: ‘Wonten tamu sinten mawon kolo ndalu?’. Lajeng kulo tanglet Habib Hadi al-Haddar, dan dijawab: ‘Haa ulaai arwaahu ahlil badri rodhi-yalloohu ‘anhum’. Alhamdulillahi Robbil ‘aalamiin”.
“Sholawat Badar meledak dan dipopulerkan ke berbagai wilayah untuk menandingi lagu hymne PKI ‘Genjer-genjer’. Bila melihat isi sholawatnya maka tak bisa lepas dari kondisi zaman saat itu. Banyak rakyat yang susah mencari makan karena perang sesama anak bangsa,” bebernya.
Selain itu, sebelum wafat, Kiai Ali juga mengarang sebuah kitab akhlak dan mengumpulkan syair-syair indah. Jariyah lain yang ditinggalkan Kiai Ali yaitu madrasah di samping rumahnya. Hingga kini, madrasah tersebut sudah berkembang hingga tingkat aliyah.
“Membangun madrasah ini juga unik, saat itu Kiai Ali minta pemborong menyelesaikan bangunan madrasah dengan bayaran Rp. 50 ribu,” tambah Kiai Syakir
Ciri khas Kiai Ali menurut penuturan Kiai Syakir yaitu tegas, semangat mencari ilmu dan mengabdi pada NU. Kiai Ali sering menolak bantuan dari pemerintah dan bahkan gajinya jarang diambil. Salah satu ketegasan Kiai Ali yaitu setiap hari Jumat pukul 10.00 WIB, kantor tempat bekerjanya harus ditutup dan siap-siap ke masjid.
“Abah ini punya kemampuan komunikasi yang bagus. Sehingga saat jadi wakil NU ia disukai dari pihak pro dan kontra. Hidupnya sederhana dan tidak banyak gaya. Hidup di rumah sederhana bekas temannya pun mau. Itu lah Abah,” tandas Kiai Syakir.
Teks Sholawat Badar
Teks lengkap Sholawat Badar dalam bahasa Arab
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ – عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ – عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ – وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ – بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى سَـلِّـمِ اْلا ُمـَّة – مِـنَ اْلافـَاتِ وَالنِّـقْـمَةَ
وَمِنْ هَـمٍ وَمِنْ غُـمَّـةٍ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِى نَجِّـنَا وَاكْـشِـفْ – جَـمِيْعَ اَذِ يـَّةٍ وَا صْرِفْ
مَـكَائـدَ الْعِـدَا وَالْطُـفْ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى نَـفِّـسِ الْـكُـرَبَا – مِنَ الْعَـاصِيْـنَ وَالْعَطْـبَا
وَ كُـلِّ بـَلِـيَّـةٍ وَوَبـَا – بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَكَــمْ مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ – وَكَــمْ مِنْ ذِلَّـةٍ فَصَلَتْ
وَكَـمْ مِنْ نِعْمـَةٍ وَصَلَـتْ – بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ كَـمْ اَغْـنَيْتَ ذَالْعُـمْرِ – وَكَـمْ اَوْلَيْـتَ ذَاالْفَـقْـرِ
وَكَـمْ عَافَـيـْتَ ذِاالْـوِذْرِ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
لَـقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَـلْـبِ – جَمِـيْعُ اْلاَرْضِ مَعْ رَحْبِ
فَانْـجِ مِنَ الْبَلاَ الصَّعْـبِ – بِا َهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
ا َتَيـْنَا طَـالِـبِى الرِّفْـقِ – وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ
فَوَ سِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
فَـلاَ تَرْدُدْ مَـعَ الْخَـيـْبَةْ – بَلِ اجْعَلْـنَاعَلَى الطَّيْبـَةْ
اَيـَا ذَاالْعِـزِّ وَالْهَـيـْبَةْ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَ اِنْ تَرْدُدْ فَـمَنْ نَأْتـِىْ – بِـنَيـْلِ جَمِيـْعِ حَاجَا تِى
اَيـَا جَـالِى الْمُـلِـمـَّاتِ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِ مْنَـا – بِـنَيـْلِ مـَطَا لِبٍ مِنَّا
وَ دَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
اِلهِـى اَنـْتَ ذُوْ لُطْـفٍ – وَذُوْ فَـضْلٍ وَذُوْ عَطْـفٍ
وَكَـمْ مِنْ كُـرْبـَةٍ تَنـْفِىْ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
وَصَلِّ عَـلَى النـَّبِىِّ الْبَـرِّ – بـِلاَ عَـدٍّ وَلاَ حَـصْـرِ
وَالِ سَـادَةٍ غُــــرِّ – بِاَ هْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Terjemahan teks Sholawat Badar dalam bahasa Indonesia
Rahmat dan keselamatan Allah,
Semoga tetap untuk Nabi Thaaha utusan Allah,Rahmat dan keselamatan Allah,
Semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah’Kami berwasilah dengan berkah “Basmalah”,
Dan dengan Nabi yang menuniukkan lagi utusan Allah,Dan seluruh. Orang yang beriuang .karena Allah,
Sebab berkahnya sahabat ahli badar ya Allah.Ya Allah, semoga Engkau menyelamatkan ummat,
Dari bencana dan siksa,
Dan dari susah dan kesempitan,
Sebab berkahnya sahabat ahli bariar ya Allah’Ya AIlah semoga Engkau selamatkan kami dari semua yang menyakitkan,
Dan semoga Engkau (Allah) meniauhkan tipu dan daya musuh-musuh,
Dan semoga Engkau mengasihi kami,
sebab berkahnya sahabat Ahli Badar Ya Allah.Ya Allah, semoga Engkau menghilangkan beberapa kesusahan
Dari orang-orang yang berma’siat dan semua kerusakan,Dan semoga Engkau hitangkan semua bencana dan wabah penyakit’
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya AllahMaka sudah beberapa rahmat yang telah berhasil,
Dan sudah beberapa dari kehinaan yang dihilangkan,Dan sudah banyak dari ni’mgt yang telah sampai,
Sebab berkahnya sahabal ahli Badar ya Allah’Sudah berapa kali Engkau (Allah) memberi kekayaan orang yang makmur,
Dan berapa kali Engkau (Allah) memberi nikmat kepada orang yang fakir,Dan berapa kali Engkau (Allah) mengampuni orang yang berdosa,
Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.Sungguh hati manusia merasa sempit di atas tanah yang luas ini;
karena banyakhya marabahaya yang mengerikan,Dan malapetaka yang menghancurkan,
semoga Allah menyelamatkan kami dari bencana yang mengerikan,Sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.’
Kami datang dengan memohon pemberian/ pertolonganDan memohon agungnya kebaikan dan keuntungan
Semoga Allah meluaskan anugerah (keni’matan) yang melimpah-limpah.
Dari sebab berkahnya ahli Badar ya Allah.Maka janganlah Engkau (Allah) menolak kami menjadi rugi besar,
Bahkan jadikanlah diri kami dapat beramal baik, dan selalu bersuka ria.Wahai Dzat yang punya keagungan (kemenangan) dan Prabawa,
Dengan sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.Jika Engkau (Allah) terpaksa menolak hamba, maka kepada siapakah
kami akan datang mohon dengan mendapat semua hajat kami;Wahai Dzat yang menghilangkan beberapa bencana dunia dan
akhirat, hilangkan bencana-bencana hamba
lantaran berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.Ya Allah, semoga Engkau rnengampuni kami dan memuliakan
diri kami, dengan mendapat hasil beberapa permahonan kami, dan
menolak keburukan-keburukan dari kami,Dengan mendapat berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
Ya Allah, Engkaulah yang punya belas kasihan,
dan punya keutamaan (anugerah) lagi kasih sayang,Sudah banyaklah kesusahan yang hilang,
Dari sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.Dan semoga Engkau (Allah) melimpahkan rahmat kepada Nabi yang senantiasa berbakti kepada-Nya, dengan limpahan rahmat dan keselamatan yang tak terbilang dan tak terhitung,
Dan semoga tetap atas para keluarga Nabi dan para Sayyid yang bersinar nur cahayanya,
sebab berkahnya sahabat ahli Badar ya Allah.
Makna dan Pesan dalam Sholawat Badar
Penjelasan setiap bait Sholawat Badar
Sholawat Badar adalah sebuah puisi pujian yang dikumandangkan untuk memuliakan Nabi Muhammad SAW, terutama mengenang peristiwa pertempuran Badar yang merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah Islam. Sholawat ini memiliki beberapa bait yang masing-masing memiliki makna dan pesan tersendiri.
1. Bait pertama biasanya berisi seruan untuk bersholawat dan memuji Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk penghormatan dan cinta umat Muslim kepada beliau. Ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghargaan atas kepemimpinan serta pengorbanan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam.
2. Bait kedua dan seterusnya seringkali mengisahkan secara lebih detail tentang peristiwa pertempuran Badar, di mana kaum Muslimin yang jumlahnya lebih sedikit dapat mengalahkan musuh yang lebih besar dengan bantuan keajaiban dari Allah SWT. Ini menekankan tema keberanian, keimanan, dan pertolongan ilahi.
3. Dalam beberapa versi Sholawat Badar, terdapat bait yang menyebutkan nama-nama sahabat Nabi yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada mereka, tetapi juga sebagai sarana untuk mengingat dan menghormati pengorbanan mereka dalam perjuangan awal penyebaran Islam.
Setiap bait dalam Sholawat Badar tidak hanya berfungsi sebagai pujian, tetapi juga sebagai pengingat bagi umat Islam untuk selalu mengingat dan mengambil pelajaran dari sejarah, serta menghidupkan kembali semangat dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sholawat ini seringkali dikumandangkan dalam acara-acara keagamaan dan menjadi sarana untuk memperkuat rasa kebersamaan serta keimanan di antara umat Islam.
Manfaat Membaca Sholawat Badar
Manfaat spiritual dan psikologis dari membaca sholawat
Ada riwayat mengenai Manfaat Sholawat Nabi, Imam As Suyuthi menuliskan sepuluh hadis tentang fadhillah atau Manfaat Membaca Sholawat Nabi SAW.
Berikut adalah beberapa Manfaat Membaca Sholawat Nabi SAW :
1. Sholawat menjadi bukti cinta dan hormat kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada Allah SWT.
2. Bersholawat berarti juga berusaha membangun keselarasan hidup dengan Allah SWT, makhluk hidup ciptaannya, dan alam semesta.
3. Siapa yang membawa sholawat untuk Nabi Muhammad SAW satu kali, maka Allah akan bersholawat atau memberi rahmat kepada pembaca tersebut sebanyak sepuluh kali.
4. Siapa yang membawa sholawat untuk Nabi Muhammad SAW sebanyak seribu kali, maka dia tidak akan meninggal dunia sambai diberikan kabar gembira masuk surga untuknya.
5. Siapa yang membaca sholawat untuk Nabi Muhammad SAW seratus kali, maka Allah akan merahmatinya seribu kali.
6. Siapa yang membaca sholawat untuk Nabi Muhammad SAW seribu kali, dia juga takkan tersentuh oleh api neraka.
7. Nabi Muhammad SAW bersabda, manusia yang akan bersamanya di Hari Kiamat adalah mereka yang paling banyak bersholawat kepadanya.
8. Nabi Muhammad SAW bersabda, sholawat yang dibaca untuknya dapat menjadi peleburan dosa baginya yang membaca sholawat itu dengan sungguh-sungguh.
9. Nabi Muhammad SAW bersabda, barang siapa yang sholawat untuk Nabi Muhammad di hari jumat empat puluh kali maka Allah SWT akan menghapus semua dosanya.
10. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dapat menghilangkan penghalang doa kepada Allah SWT, dan doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah SWT.
11. Pembaca sholawat untuk Nabi Muhammad SAW akan dilindungi oleh malaikat.
Derajat pembawa sholawat kepada Nabi Muhammad SAW akan diangkat baik dihadapan Allah SWT maupun di dunia.
12. Doa-doa yang dipanjatkan seseorang yang sering bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW akan dikabulkan.
13. Dosa-dosa milik pembaca sholawat akan dihapuskan karena dia bersungguh-sungguh memanjatkan doa dan sholawat Nabi Muhammad SAW
Membaca Sholawat juga terhitung sebagai amalan soleh, terhitung sebagai zakat di hadapan Allah SWT.
14. Sholawat menjadi bagian dari sedekah bagi mereka yang tidak mampu. Dengan ini, maka kita bisa selalu memberikan sesuatu untuk kebaikan lingkungan, dan keseimbangan alam semesta secara spiritual.
15. Bacaan sholawat juga dapat menjadi pengingat yang jitu jika kita mulai lupa kepada tugas dan tanggung jawab. Sholawat juga mencegah kita lupa kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
16. Bacaan sholawat merupakan bagian dan salah satu bentuk ibadah yang dapat memberikan ketenangan bagi pembacanya.
17. Membaca sholawat menjadikan keselamatan kita terjamin di dunia maupun di akhirat.
18. Membaca Sholawat dapat menjadi jembatan spiritual meraih kemuliaan di hadapan Allah SWT.
19. Membaca sholawat dapat membersihkan jiwa dari energi negatif sehingga kita dapat kembali suci.
20. Orang yang gemar membaca sholawat akan mendapatkan kabar gembira sebelum matinya.
Kisah Keajaiban Sholawat yang Dialami Kiai Masduqie Machfudh
Sholawat dan shalat jamaah adalah dua “senjata” Achmad Masduqie Machfudh. Tiap menerima aduan masalah dari masyarakat, ia selalu berwasiat untuk membaca sholawat, minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam Jum’at.
Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015 yang juga pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono Malang ini memiliki pengalaman menarik tentang sholawat Nabi, tepatnya pada tahun 1956, saat ia masih duduk di sebuah SLTA di Yogjakarta.
Suatu ketika, ia mendapat gangguan jin di sebuah masjid tempat belajarnya sehingga selama tiga hari Maduqie muda merasa ingin banyak makan tapi anehnya tidak bisa buang hajat. Di hari ke empat, tubuhnya pun sangat panas dan saat itu juga beliau berpesan kepada adiknya.
“Dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang jenazahku ke Jepara tetapi dikuburkan di Jogja saja,” pinta kiai yang wafat pada 1 Maret 2014 ini kepada sang adik. Kiai Masduqie datang ke Jogja berniat untuk mondok. Beliau khawatir syahidnya hilang jika wafat di Jogja namun jenazahnya dimakamkan di Jepara.
Sontak saja adiknya semakin khawatir kondisinya. Maka diajaklah sang kakak menemui seorang seorang kiai. “Mari kita pergi ke kiai itu, kiai yang Mas biasa ngaji di hari Ahad.”
Kiai Masduqie menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kiai yang di maksud pada pukul satu malam. Ketika beliau datang, pintu rumah Pak Kiai masih terbuka. Tentu tengah malam itu sang tuan rumah sudah tidak melayani tamu, karena sejak pukul 10 malam adalah waktu khusus Pak Kiai untuk ibadah kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan payah, kiai pun mempersilahkan Masduqie muda beristirahat di rumah.
Masduqie muda pun tertidur di rumah kiai itu. Baru beberapa jam di rumah kiai, tepatnya pukul 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas ingin buang hajat. Setelah itu, rasa sakit dan panas yang dirasakan sedikit hilang.
Pada pagi harinya, beliau yang masih panas badannya bertemu dengan Pak Kiai. “Pak Kiai, saya sakit”. Bukannya merasa iba, Pak Kiai hanya tersenyum. Dan anehnya, rasa panas yang beliau rasakan hilang seketika itu.
Pak Kiai dawuh, “Mas, sampean gendeng mas.”
“Kenapa gendeng, Yai?” tanya Masduqie muda.
“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun,” jawab kiai.
Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah.
“Yai, dua bulan lagi saya ujian, kok enggak boleh pegang buku,” Masduqie muda matur kepada Pak Kiai.
Seketika itu Pak Kiai menanggapinya dengan marah-marah, “Yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?”
Masduqie muda menjawab, “Pada hakikatnya Allah, Yai.”
“Lha iya gitu!” timpal Pak Kiai.
“Lalu bagaimana syariatnya (upaya yang dilakukan), Yai?” tanya Masdqie muda lagi.
“Tiap hari, kamu harus baca sholawat yang banyak,” jawab, Pak Kiai.
Masduqie muda kembali bertanya, “Banyak itu berapa, Yai?”
Pak Kiai pun menjawab, “Ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 sholawat, minta ‘dengan berkat sholawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus’.
” Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda, Paman beliau marah-marah. “Bagaimana kamu ini? Dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. Karena beliau menuruti dawuh kiai untuk tidak menyentuh kitab atau buku, beliau nurut saja.
Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah kiai.
Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa Jerman.
Pak Guru : Kamu her.
Masduqie : Berapa nilai saya pak?
Pak Guru : Tiga!
Masduqie : Iya, Pak. Kapan, Pak?
Pak Guru : Seminggu lagi Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman, karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi Pak Guru.
Masduqie : Pak, saya minta ujian, Pak.
Pak Guru : Ujian apa?
Masduqie : Ya ujian bahasa Jerman, Pak.
Pak Guru : Lha kamu bodoh apa?
Masduqie : Lho kenapa, Pak?
Pak Guru : Nilai delapan kok minta ujian lagi. Kamu itu minta nilai berapa?
Masduqie : Lho, ya sudah Pak, barang kali bisa nilai sepuluh.
Dari nilai angka 3, karena sholawat, mingkem menjadi angka 8. Setelah itu, beliau tidak pernah meninggalkan baca sholawat. Itulah satu pengalaman sholawat KH Masduqie Mahfudz saat muda.
- Wasilah untuk Atasi Penyakit dan Kesulitan
Pengalaman sholawat beliau lagi, yakni ketika Kiai Masduqie harus melaksanakan dinas dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu pukul 5 sore, dan bilang ke Kiai Masduqie, “Saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.”
Kiai Masduqie mengaku masih bodoh saat itu. Seketika itu ia menjawab, “Ya, silakan ambil saja, air tawar. kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”
“Bukan itu, Pak. Air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu, Pak,” kata si tamu.
“O, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.”
Kiai Masduqie menjawab begitu karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah mertua yang sering nyuwuk-nyuwuk (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa yang dirapalkan. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah. Padahal Kiai Masduqie sudah janji.
Habis isya’ saat beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang sholawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, “Siapa yang baca sholawat sekali, Allah beri rahmat sepuluh. Baca sholawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca sholawat seratus, Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca sholawat seribu, kecuali Allah mengabulkan permintaanya.”
Setelah mencari di berbagai kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu pun bangun di tengah malam, mengambil air wudlu dan air segelas, setelah itu membaca sholawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidinâ Muhammad.
Setelah beliau selesai membaca seribu sholawat, beliau berdoa, ”Allahumaj’al hadzal ma’ dawâ-an liman syarabahu min jamî’il amrâdh”. Arti doa tersebut, “Ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segala penyakit bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca sholawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.
Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa si penderita penyakit sudah sembuh setelah meminum air dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi kabar itu mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit.
Mengelus-ngelus perut? Tentu saja tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan yang bukan mahramnya. Hal itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat sholawat, atas izin Allah penyakitnya sembuh.
Sejak peristiwa itu di Kalimantan timur Kiai Masduqie terkenal sebagai guru agama yang pintar nyuwuk. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan sholawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman sholawat Kiai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.
Cerita lain, suatu ketika beliau harus ke Samarinda dengaan naik kapal pribadi milik Gubernur Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapal tersebut. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak para awak kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat tersebut berhenti. Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman sholawat Kiai Masduqie.
“Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan sholawat seribu kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul,” kata Kiai Masduqie saat pengajian di Majelis Riyadul Jannah.
“Berkat sholawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak pernah. Modalnya hanya sholawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat shalawat,” lanjut Kiai Masduqie dalam pengajiannya.
Kisah lainnya, suatu ketika, seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya yang pergi meninggalkannya karena terpikat dengan wanita lain. Ia berharap suaminya bisa kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tersebut dengan tegas menganjurkan untuk baca sholawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya, dan dalam selang beberapa lama suaminya kembali seraya bertobat.
Kiai Masduqie memiliki sembilan putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca kitab semua. Saat anak beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca sholawat, belaiu juga membacakan sholawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.
Kiai Masduqie pernah dawuh, ”Berkat sholawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat sholawat Nabi. Semua permintaan saya terpenuhi berkat sholawat”. Shallu ‘alan Nabi Muhammad! Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad.
Cara Mengamalkan Sholawat Badar
Sebagaimana diketahui bahwa membaca sholawat kepada Nabi merupakan kewajiban bagi orang mukmin. Hanya saja para ulama berbeda pendapat kapan kewajiban bershalawat dilakukan. Di antara mereka ada yang berpendapat kewajiban bershalawat minimal sekali seumur hidup. Ada juga yang berpendapat setiap kali membaca tasyahud akhir di dalam shalat. Juga ada yang berpendapat setiap kali disebutkan nama Rasulullah.
Selain kewajiban bershalawat ada juga waktu-waktu tertentu di mana seseorang dianjurkan untuk membaca shalawat. Pun para ulama juga berbeda pendapat saat kapan saja kesunahan bersholawat itu dilakukan. Berikut adalah 10 (sepuluh) waktu yang disunahkan untuk membaca shalawat sebagaimana disampaikan oleh Sirajudin Al-Husaini di dalam kitabnya As-Shalâtu ‘alan Nabiyyi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam (Damaskus: Maktabah Darul Falah, 1990).
Pertama, sunnah membaca sholawat setelah selesai dikumandangkannya adzan. Ada beberapa hadits yang menuturkan tentang hal ini di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
Artinya: “Bila kalian mendengar orang yang mengumandangkan adzan maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, lalu bersholawatlah kepada karena orang yang bersholawat kepaku sekali maka dengan sholawat itu Allah bersholawat kepadanya sepuluh kali.”
Kedua, disunnahkan membaca sholawat di awal, tengah dan akhir doa. Dengan membaca sholawat di ketiga tempat itu saat berdoa maka akan lebih kuat potensi dikabulkannya doa tersebut dan lebih banyak lipatan pahalanya.
Sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi menjelaskan tentang membaca sholawat di dalam berdoa:
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ، قَالَ: بَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي، إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ. قَالَ: ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ
Artinya: “Dari Fudlalah bin Ubaid ia berkata, ketika Rasulullah sedang duduk tiba-tiba masuk seorang lelaki kemudian melakukan shalat dan berkata, “Ya Allah, ampuni aku dan kasihani aku.” Maka Rasulullah bersabda, “Engkau terburu-buru wahai orang yang shalat. Bila engkau selesai shalat kemudian duduk maka pujilah Allah sebagaimana mestinya dan bershalawatlah kepadaku kemudian berdoalah kepada Allah.” Fudlalah berkata, kemudian seorang laki-laki lain melakukan shalat, lalu memuji kepada Allah dan bersholawat kepada Nabi. Maka Rasulullah bersabda, “Wahai orang yang shalat, berdoalah maka engkau akan diijabahi.”
Imam Al-Ghazali di dalam kitab Ihya-nya mengutip penjelasan dari Abu Sulaiman Ad-Darani yang mengatakan disunahkannya menjadikan doa berada di tengah-tengah antara dua sholawat (awal dan akhir) karena doa yang demikian tidak akan ditolak. Kiranya Allah yang mulia tak layak baginya mengabulkan dua sisi awal dan akhir sementara menolak sisi tengahnya.
Lebih lanjut Al-Husaini menegaskan bahwa yang lebih disukai dan lebih utama di dalam berdoa adalah dengan membaca sholawat di awal, tengah dan akhirnya, serta tidak meringkas bacaan sholawat hanya di akhir doa saja.
Ketiga, disunahkan membaca sholawat ketika memasuki masjid dan ketika keluar darinya. Sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi dari Sayyidatina Aisyah radliyallâhu ‘anhâ:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَإِذَا خَرَجَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ
Artinya: “Adalah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki masjid beliau bershalawat dan bersalam untuk Muhammad dan berdoa Rabbi ighfir lî dzunûbî waftah lî abwâba rahmatika. Dan ketika keluar beliau bersholawat dan bersalam kepada Muhammad serta berdoa Rabbi ighfir lî dzunûbî waftah lî abwâba fadllika.”
Keempat, disunahkan membaca sholawat ketika bertemunya seorang muslim dengan sesama muslim. Abu Ya’la Al-Mushili meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah:
مَا مِنْ عَبْدَيْنِ مُتَحَابَّيْنِ فِي اللَّهِ يَسْتَقْبِلُ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَيُصَافِحُهُ وَيُصَلِّيَانِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا لَمْ يَفْتَرِقَا حَتَّى تُغْفَرَ ذُنُوبُهُمَا مَا تَقَدَّمَ مِنْهُمَا وَمَا تَأَخَّرَ
Artinya: “Tidaklah dua orang hamba yang saling mencintai di jalan Allah salah satunya menemui saudaranya kemudian menyalaminya dan keduanya bersholawat kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam kecuali keduanya tidak berpisah sampai diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang kemudian.”
Kelima, membaca sholawat disunahkan ketika berkumpul di suatu majelis.
Disunahkan bagi kaum muslimin ketika mereka berkumpul di suatu majelis untuk menghiasi majelis mereka dengan membaca sholawat.
Ibnu Umar meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
زينوا مجالسكم بالصلاة علي فان صلاتكم علي نور لكم يوم القيامة
Artinya: “Hiasilah majelis-majelis kalian dengan bersholawat kepadaku. Karena sholawat kalian kepadaku adalah cahaya bagi kalian di hari kiamat.”
Adapun hadits yang mengingatkan untuk tidak meninggalkan bacaan sholawat di majelis di antaranya hadits riwayat Imam Ahmad:
مَا قَعَدَ قَوْمٌ مَقْعَدًا لَا يَذْكُرُونَ فِيهِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ، وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِنْ دَخَلُوا الْجَنَّةَ لِلثَّوَابِ
Artinya: “Tidaklah sekelompok orang duduk di suatu tempat di mana mereka tidak berdzikir kepada Allah dan tidak bersholawat kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam kecuali hal itu menjadi kerugian bagi mereka di hari kiamat meskipun mereka masuk surga, karena besarnya pahala (bersholawat ketika berkumpul, penulis).”
Keenam, disunahkan menuliskan sholawat ketika menulis nama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Di antara dalil yang menganjurkan hal ini adalah hadits riwayat Imam Thabrani dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْتَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِي فِي ذَلِكَ الْكِتَابِ
Artinya: “Barang siapa yang bersholawat kepadaku di dalam sebuah buku (tulisan) maka para malaikat tidah henti-hentinya memintakan ampun baginya selama namaku masih ada di dalam buku itu.”
Ketujuh, membaca sholawat disunahkan ketika membuka setiap ucapan baik yang memiliki tujuan tertentu disamping juga disunahkan membukanya dengan hamdalah dan pujian kepada Allah.
Sebuah riwayat dari Ibnu Mandah menyatakan:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بذكر الله ثم بالصلاة عليّ فهو أقطع أكتع ممحوق البركة
Artinya: “Setiap perkara yang memiliki tujuan yang tidak diawali dengan dzikir kepada Allah dan shalawat kepadaku maka perkara itu terputus terhapus keberkahannya.”
Kedelapan, disunahkan membaca sholawat dalam membuka nasehat, peringatan dan mengajarkan ilmu, terlebih ketika membaca sebuah hadits.
Imam Nawawi di dalam kitab Al-Adzkâr menuturkan bahwa disunahkan bagi orang yang membaca hadits dan selainnya ketika menyebut Rasulullah untuk mengeraskan suaranya dalam bersh0lawat, namun kerasnya suara itu jangan sampai berlebihan.
Kesembilan, sunah membaca sholawat di waktu pagi dan sore hari.
Sebuah riwayat dari Abu Darda bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pernh bersabda:
من صلى علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
Artinya: “Barang siapa yang bersholawat kepadaku di waktu pagi sepuluh kali dan di waktu sore sepuluh kali maka syafaatku akan mendapatinya di hari kiamat.”
Kesepuluh, Membaca sholawat juga disunahkan ketika hendak tidur.
Dari Abu Qirshafah, ia mengatakan pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa barang siapa yang menuju tempat tidurnya (hendak tidur) kemudian ia membaca surat Tabâraka (Al-Mulk) kemudian ia membaca sebanyak empat kali:
اللَّهُمَّ رَبَّ الْحِلِّ وَالْحَرَامِ، وَرَبَّ الْبَلَدِ الْحَرَامِ وَرَبَّ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ، وَرَبَّ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ، وَبِحَقِّ كُلِّ آيَةٍ أَنْزَلْتَهَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ، بَلِّغْ رُوحَ مُحَمَّدٍ مِنِّي تَحِيَّةً وَسَلَامًا
Artinya: “Maka Allah akan mewakilkan kepada dua malaikat hingga keduanya datang kepada Nabi Muhammad dan mengatakan kepada beliau perihal yang dilakukan orang tersebut. Maka kemudian Rasulullah menjawab, “untuk Fulan bin Fulan salam dariku dan rahmat serta keberkahan Allah.”