Teks Sholawat Nariyah Arab Latin Lengkap dengan Artinya, Keutamaan, Amalan, dan Adab Membacanya
اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ
Hai Sobat Bacaankita! Kali ini kita bakal ngobrolin soal Sholawat Nariyah. Buat yang belum tahu, Sholawat Nariyah itu doa yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. Yuk, kita pelajari lebih lanjut tentang teks sholawat nariyah, artinya, keutamaan, amalan, dan adab membacanya!
Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW tidak hanya dilakuan oleh umat manusia. Allah dan para malaikat juga bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dijelaskan dalam (Q.S Al-Ahzab [33]:56).
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersholwatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
Cara Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW berbeda dengan cara kita bersholawat untuk Nabi Muhammad SAW. Allah bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan menurunkan rahmat-Nya. Adapun para malaikat bersholawat dengan cara memohon ampunan dan memberi pernghormatan untuk Nabi Muhammad SAW.
Apa itu Sholawat Nariyah?
Pengertian Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah adalah doa yang sangat populer di kalangan umat Muslim. Bacaan ini memiliki arti yang sangat dalam dan memiliki keutamaan yang sangat besar.
Asal usul dan sejarah singkat Sholawat Nariyah
Sholawat Nariyah/Kamilah/Tafrijiyyah/Taziyah dikenal secara luas oleh dunia Islam, termasuk di Nusantara. Di Indonesia, kalangan pesantren dan warga Nahdliyyin sangat akrab dengan sholawat yang satu ini. Namun, belum banyak kaum muslimin di Indonesia yang mengetahui bahwa sholawat itu dikarang oleh ulama dari Maroko. Karena pengarangnya berasal dari Kota Taza, Maroko, maka Sholawat Nariyah di Maroko juga dikenal dengan Sholawat Taziyah.
Sholawat ini sering diamalkan dan dibaca untuk berbagai hajat dengan jumlah bilangan tertentu. Tata bahasanya yang indah sering membuat sebagian orang salah paham terhadap sholawat ini. Padahal, bila memahami bahasa Arab dengan baik dan benar, tidak ada masalah dengan makna yang terkandung di dalam Sholawat Nariyah. Karena indah bila dilagukan, sholawat ini sering digunakan untuk puji-pujian di masjid maupun musholla.
Pengarang Sholawat Nariyah adalah Syekh Ibrahim bin Muhammad bin Ali at-Tazi. Beliau adalah seorang wali besar yang berasal dari Kota Taza, Maroko (Zahasfan, Sholawat Nariyah Sejarah dan Khasiatnya, [Surabaya, Imtiyaz: 2021], halaman 1).
Penelitian yang dilakukan oleh Zahasfan tentang pengarang Sholawat Nariyah berdasarkan pada beberapa kitab. Salah satu rujukan yang digunakan adalah Kitab Annajmuts-Tsaqib karya Ibnu Sha’d. Kitab lainnya yang mendukung argumen ini adalah Al-Hujjajul Bayyinat sebagaimana yang dipegang oleh Syekh Abdullah Al-Ghumari dan Kitab An-Nubugh Al-Maghribi.
Kota kelahiran Syekh Ibrahim at-Tazi adalah Kota Taza yang terletak 119 km di timur laut kota Fez, Maroko. Menurut penelitian Zahasfan, diperkirakan Syekh Ibrahim lahir pada akhir abad ke-8 Hijriah atau abad ke-14 Masehi. Guru Syekh Ibrahim yang pertama bernama Syekh Abi Zakariya Yahya al-Wazi’i, yaitu seorang ulama di Kota Taza. Selanjutnya, Beliau berkelana mencari ilmu ke Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Mekah, dan Madinah (Zahasfan, 2021: 17-19).
Pengarang Sholawat Nariyah menguasai berbagai bidang ilmu seperti ulumul qur’an dan hadits, Bahasa Arab, ushuluddin, ushul fiqih, manthiq, dan tajwid. Beliau juga ahli dalam bidang syair dan tasawuf. Makamnya berada di benteng Bani Rasyid, daerah Aljazair. Beliau memiliki karomah yang sangat terkenal di Aljazair, yaitu menginisiasi aliran air untuk daerah Oran baik untuk penduduk maupun kepentingan irigasi.
Sebagai kaum muslimin yang mencintai sholawat, selayaknya kita menelusuri sejarah Sholawat Nariyah dari sumber yang valid. Bukti-bukti ilmiah dan testimoni pengamal Sholawat Nariyah bisa menjadi inspirasi bagi kaum muslimin yang sedang sakit agar mengambil wasilah kesembuhan melalui Sholawat Nariyah. Wallahu a’lam bis shawab.
Teks Sholawat Nariyah
اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدِ ࣙالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Allâhumma shalli shalâtan kâmilatan wa sallim salâman tâmman `alâ sayyidinâ Muḫammadinil-ladzi tanḫallu bihil-`uqadu wa tanfariju bihil-kurabu wa tuqdlâ bihil-ḫawâiju wa tunâlu bihir-raghâ’ibu wa ḫusnul-khawâtimi wa yustasqal-ghamâmu biwajhihil-karîmi wa `alâ âlihi wa shaḫbihi fî kulli lamḫatin wa nafasin bi`adadi kulli ma`lûmilak.
Arti Sholawat Nariyah
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau”.
Makna dan Keutamaan
Makna dari Setiap Bagian Sholawat Nariyah
Sebagian kalangan mempertanyakan dan bahkan menuding tak berdasarnya Sholawat Nariyah yang akan dibacakan warga NU pada malam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober mendatang. Pokok persolannya, menurut mereka adalah tidak diketahui pengarangnya.
Dewan Pakar Aswaja NU Center Jawa Timur KH Ma’ruf Khozin mengatakan, jika beralasan karena ketidakjelasan siapa pengarangnya, maka Mufti Mesir, Syaikh Ali Jumah yang digelari Allamah Ad-Dunya, mendapat sanad yang sempurna dari gurunya Syaikh Abdullah al-Ghummar.
Syaikh Abdullah al-Ghummar, menurut Ma’ruf, adalah seorang ahli hadits dari Maroko, yang sampai kepada muallif (pengarang) Sholawat Nariyah Syaikh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko).
“Kesemuanya secara musyafahah, menyampaikan bacaan sholawat tersebut dari guru kepada muridnya secara langsung,” katanya kepada NU Online melalui surat elektronik, Rabu (28/9).
Sementara nama Sholawat Nariyah, ada kalangan alergi dengan ‘nar’ yang memang populer dengan sebutan Nariyah. Sebagian orang menganggap bahwa makna ‘nar’ adalah neraka, ‘iyah’ adalah pengikut, yang disimpulkan‘pengamal nariyah’ adalah pengikut ahli neraka.
Maka, hal itu sangat tidak tepat. Perhatikan dalam Al-Qur’an berikut ini:
إِذْ رَأَىٰ نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى
“Ketika ia (Musa) melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya:
“Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”. (Thaha: 10)
Menurut Syaikh Abdullah al-Ghummari, penamaan dengan Nariyah karena terjadi tashif atau perubahan dari kata yang sebenarnya taziyah. Sebab keduanya memiliki kemiripan dalam tulisan Arab, yaitu النارية dan التازية yang berbeda pada titik huruf. Di Maroko sendiri sholawat ini dikenal dengan sholawat Taziyah, sesuai nama kota pengarangnya.
Sementara dalam kitab Khazinatul Asrar, sebuah kitab yang banyak memuat ilmu tasawuf dan tarekat karya Syaikh Muhammad Haqqi Afandi An-Nazili, disebutkan bahwa Syaikh Al-Qurthubi menamai sholawat ini dengan nama Sholawat Tafrijiyah, yang diambil dari teks yang terdapat di dalamnya yaitu (تنفرج).
Demikian halnya Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani menyebut dengan nama sholawat At-Tafrijiyah dalam kitabnya Afdlal ash-Sholawat ala Sayidi as-Sadat pada urutan ke 63. “Semua syubhat (propaganda) dalam sholawat Nariyah telah kita ketahui dalilnya sehingga boleh kita amalkan. Akan tetapi, jika penolakannya, keengganannya dan keberatannya karena kebencian kepada kami para santri, maka tak cukup 1000 dalil untuk memuaskan dahaga kebenciannya,” pungkas anggota LBM PWNU Jatim ini.
Keutamaan Shalawat Nariyah
Dalam buku yang ditulis oleh H Alvian Iqbal Zahasfan, tertulis testimoni dari kaum muslimin yang mengamalkan Sholawat Nariyah. Di antara berbagai khasiat yang disebutkan, ada beberapa khasiat yang terkait dengan penyembuhan penyakit. Seorang yang juga disebutkan namanya dalam buku tersebut mengungkapkan bukti khasiat Sholawat Nariyah untuk menyembuhkan koma sebagai berikut:
“Di kampung kami Sholawat Nariyah menjadi andalan amaliyah setiap lailatul ijtima dan wasilah bagi warga yang sakit untuk sembuh. Di Cilacap Jawa Tengah, hasilnya menakjubkan, yang tadinya menurut dokter, penyakitnya tidak ada obatnya, tidak ada harapan sembuh, koma lama, tapi dengan wasilah mengumpulkan warga untuk membacakan Shalawat Nariyah, Alhamdulillah sembuh.” (Zahasfan, 2021 M: 322).
Kisah lainnya berasal dari kesembuhan seorang mahasiswa dari Aceh yang kuliah di Maroko dan mengalami sakit di Kota Tanger. Penulis buku sekaligus saksi mata atas kejadian ini menuturkan kisahnya sebagai berikut:
“Ia sakit, ada pembekuan di pembuluh darahnya bagian otak. Dokter memvonis operasi kepalanya besok. Malam harinya, kawan-kawan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Maroko mengadakan majelis zikir Sholawatan Nariyah di sekretariat PPI di Rabat. Dipimpin oleh Kuntoro, jumlah bacaan sudah dibagi rata sesuai jumlah hadirin termasuk saya. Kita gotong royong membaca Sholawat Nariyah sebanyak 4444 kali. Di tengah-tengah kita letakkan air minum. Setelah membacanya sebanyak 4444 kali air yang ada di tengah-tengah kita yang dibacakan dikirim ke Kota Tanger…Keesokan hari sebelum operasi, dokter mengecek kepalanya, dan masya Allah pembekuan darah di otaknya sudah mencair lancar. Sembuh. Tidak jadi operasi berkat Sholawat Nariyah.” (Zahasfan, 2021 M: 322-323).
Pada kesempatan yang lain, seorang santri menuturkan pengalaman di pondoknya ketika terjadi kesurupan. Sholawat Nariyah dibacakan bersama-sama untuk mengusir kesurupan.
“Apalagi di pondok dulu ada kesurupan massal, jadi dibaca bareng-bareng santri putri sepondok sampai yang kesurupan sembuh. Kalau yang kesurupan makin menjadi-jadi, (santri lain) baca Sholawat Nariyah-nya semakin keras. Alhamdulillah, kemudian yang kesurupan bisa sembuh.” (Zahasfan, 2021: 332).
Dari berbagai testimoni tersebut, Sholawat Nariyah bisa menjadi bacaan ruqyah. Penyakit yang dapat diruqyah dengan sholawat ini bermacam-macam, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit nonfisik. Hal ini sekaligus menepis tuduhan sebagian kalangan yang sering melemparkan tuduhan negatif terhadap Sholawat Nariyah. Mungkin karena kesalahpahaman, sebagian kalangan menuduh dengan tuduhan yang tidak pantas terhadap sholawat ini.
Di Brunei Darussalam, Sholawat Nariyah dikenal dengan Sholawat Tafrijiyyah. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga resmi di Brunei mengungkapkan bahwa air yang dibacakan Sholawat Tafrijiyyah bermanfaat untuk kesehatan.
Lembaga itu mengirimkan sampel air yang telah dibacakan Sholawat Tafrijiyyah sebanyak 4444 kali ke peneliti kristal air kenamaan dari Jepang, Masaru Emoto. Hasilnya, kristal air yang dibacakan Sholawat Tafrijiyyah mengejutkan Masaru Emoto karena keindahannya belum pernah dilihat sebelumnya sebagai berikut:
“Kristal yang terkena zikir doa tampak luar biasa, tetapi air yang terkena Tafrijiyah (4444 kali) melampaui itu” (Muller, 2018, Hybrid Pathways to Orthodoxy in Brunei Darussalam: Bureaucratised Exorcism, Scientisation and the Mainstreaming of Deviant-Declared Practices, Journal of Current Southeast Asian Affairs, 37, 1:halaman 141-183).
Di Brunei, air Tafrijiyyah dijual dengan harga 70 sen dolar Brunei per botol. Ini berfungsi sebagai obat dan untuk perlindungan dari bahaya atau gangguan sihir. Agar efektif, air itu harus digunakan bersamaan dengan doa dan diiringi keyakinan yang teguh.
Cara Mengamalkan Sholawat Nariyah
Waktu dan Cara Terbaik untuk Membaca Sholawat Nariyah
1. Setelah sholat fardhu dibaca 11 kali, menjaga dari bala’ atau musibah lahir batin.
2. Setelah sholat shubuh dan maghrib dibaca 21 kali, menjaga dari musibah dan malapetaka.
3. Pada sepertiga malam (setelah sholat malam) dibaca 1- 3 kali putaran tasbih, bagi yang memiliki hajat yang sangat mendesak dan ingin banget insyallah segera tercapai hajatnya.
4. Dibaca 4444 kali, untuk mengembalikan barang yang hilang tau dicuri.
5. Dibaca 40 kali setiap hari, untuk menghilangkan kesusahan, menaikkan pangkat/derajat.
Tata Cara dan Etika Membaca Sholawat
Membaca Sholawat Nariyah, seperti ibadah lainnya, memerlukan perhatian khusus terhadap etika dan adab agar mendapatkan manfaat dan keberkahan maksimal. Berikut adalah beberapa etika dan adab yang perlu diperhatikan:
1. Niat yang Ikhlas
Pastikan niat kita tulus hanya karena Allah SWT dan cinta kepada Rasulullah SAW. Niat yang ikhlas adalah dasar dari setiap amal ibadah.
2. Kondisi Suci
Sebaiknya dalam keadaan suci dari hadas kecil dan besar. Meskipun tidak wajib, berwudhu sebelum membaca sholawat menambah kesucian dan kekhusyukan.
3. Pakaian yang Bersih dan Sopan
Mengenakan pakaian yang bersih dan sopan. Menghormati sholawat berarti juga menghormati penampilan kita saat membacanya.
4. Menghadap Kiblat
Disarankan untuk menghadap kiblat saat membaca sholawat. Ini menunjukkan rasa hormat dan keseriusan dalam beribadah.
5. Posisi yang Sopan
Duduk dengan posisi yang tenang dan sopan. Hindari membaca sholawat dalam keadaan berbaring atau posisi yang kurang menghormati.
6. Baca dengan Khusyuk
Fokuskan hati dan pikiran saat membaca sholawat. Hindari gangguan dan lakukan dengan penuh konsentrasi dan kekhusyukan.
7. Hindari Tempat yang Kotor atau Bising
Pilih tempat yang bersih dan tenang untuk membaca sholawat. Tempat yang kotor atau bising bisa mengganggu kekhusyukan dan konsentrasi kita.
8. Bersikap Rendah Hati
Bacalah sholawat dengan sikap rendah hati, penuh rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW. Hindari kesombongan atau merasa riya’.
9. Berdoa Setelahnya
Setelah membaca sholawat, lanjutkan dengan berdoa kepada Allah SWT untuk memohon apa yang kita harapkan. Sholawat membuka pintu keberkahan, sehingga doa setelahnya lebih mustajab.
Do’a Sebelum Membaca Sholawat
Disebutkan dalam kitab Dalailul Khairat karya Ammar Ali Hasan doa yang perlu dibaca sebelum kita membaca sholawat, yaitu sebagai berikut:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَـمِــيْنَ وَحَسْبِـــيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِــيِّ الْعَظِيْمِ. أَللّٰهُمَّ إِنِّى أَبْرَءُ إِلَيْكَ مِنْ حَوْلِى وَقُوَّتِى إِلَى حَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ. اَللّٰهُمَّ إِنِّى نَوَيْتُ بِالصَّلٰوةِ عَلٰى النَّـــبِــيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِمْتِــثَالًا لِأَمْرِكَ وَتَصْدِيْقًا لِنَبِيِّـكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَحَبَّــةً فِيْهِ وَشَوْقًا إلَيْهِ وَتَعْظِيْمًا لِقُدْرَتِهِ وَلِكَوْنِهِ أَهْلًا لِذٰلِكَ فَتَقَبَّــلَهَا مِنِّى بِفَضْلِكَ وَإِحْسَانِكَ وَأَزِلْ حِجَابَ الْغَفْلَةِ عَنْ قَلْبِى وَاجْعَلْنِى مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. اَللّٰهُمَّ زِدْهُ شَرَفًا عَلٰى شَرَفِهِ الَّذِىْ أَوْلَيْتَهُ. وَعِزًّا عَلٰى عِزِّهِ عَلٰى الَّذِىْ أَعْطَيْتَهُ. وَنُوْرًا عَلٰى نُوْرِهِ الَّذِىْ مِنْهُ خَلَقْتَهُ. وَأَعْلِ مَقَامَهُ فِى مَقَامَاتِ الْـمُرْسَلِيْنَ. وَدَرَجَتَهُ فِى دَرَجَاتِ النَّبِيَّـــيْنَ. وَأَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَرِضَاهُ يَارَبَّ الْعَالَـِميْنَ مَعَ الْعَافِيَةِ الدَّائِمَةِ وَالْـمَوْتِ عَلٰى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَكَلِمَتَيِ الشَّهَادَةِ عَلٰى تَحْقِيْقِهَا مِنْ غَيْرِ تَغْيِـــيْرٍ وَلَا تَبْدِيْلٍ. وَاغْفِرْلِى مَاارْتَـــكَبْتَهُ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَاأَكْرَمَ اْلأَكْرَمِــيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Alhamdulillahi robbil ‘alamina wa habiyallahu wa ni’mal wakilu wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzimi. Allohumma inni abrou ilaika min hauli wa quwwati ila haulika wa quwwatika. Allohumma inni nawaitu bis sholati ‘alan nabiyyi shollallahu ‘alaihi wa sallama imtitsalan li amrika wa tashdiqon li nabiyyika sayyidina muhammadin shollallahu ‘alaihi wa sallama wa mahabbatan fihi wa syauqon ilaihi wa ta’dziman li qudrotihi wa likaunihi ahlan lizalika fataqobbalha minni bi fadhlika wa ihsanika wa azil hijabal ghaflati ‘an qolbi waj’alni min ‘ibadikas sholihina
Allohummazidhu syarofan ‘ala syarofihi allazi awlaitahu wa ‘izzan ‘ala ‘izzihi ‘alallazi a’thoithoitahu wa nuron ‘ala nurihillazi minhu kholaqtahu wa a’li maqomahu fi maqomatil mursalina wa darajatahu fi darajatin nabiyyina wa as-aluka ridhoka wa ridhohu ya robbal ‘alamina ma’al ‘afiyatid daimati wal mauti ‘alal kitabi was sunnati wal jama’ati wa kalimatais syahadati ‘ala tahqiqiha min ghairi taghyirin wala tabdilin waghfirli martakabtuhu bi mannika wa fadhlika wa judika wa karomika ya akromal akromin wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shohbihi wa sallam wa as-aluka ridhoka wa ridhohu ya robbal ‘alamina ma’al ‘afiyatid daimati wal mauti ‘alal kitabi was sunnati wal jama’ati wa kalimatais syahadati ‘ala tahqiqiha min ghairi taghyirin wala tabdilin waghfirli martakabtuhu bi mannika wa fadhlika wa judika wa karomika ya akromal akromin wa shollallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Cukuplah Allah sebagai tempat memasrahkan diri. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak dan pertolongan Allah. Ya Allah, aku memohon kelapangan dari-Mu dari upaya dan kekuatanku. Ya Allah, aku berniat dengan membaca sholawat atas Nabi Muhammad Saw karena menuruti perintah-Mu dan sebagai pembenaran atas nabi-Mu junjungan kami Nabi Muhammad Saw serta karena rasa cintaku dan demi untuk mengagungkan beliau, karena beliaulah yang berhak atas bacaan sholawat ini. Maka dari itu, terimalah bacaan sholawatku.
Dengan anugerah-Mu dan kebaikan-Mu, hilangkanlah hijab (penutup) yang berupa kealpaan dari dalam diriku kepada beliau. Dan jadikanlah hamba-Mu ini sebagai seorang yang dari golongan ahli ibadah yang saleh. Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan beliau seperti kemuliaan yang telah Engkau limpahkan kepadanya, tambahkanlah keagungan kepada beliau seperti keagungan yang telah Engkau limpahkan kepadanya, tambahkanlah cahaya di atas cahayanya saat Engkau menciptakannya, angkatlah derajatnya pada derajatnya para nabi. Ya Allah, aku memohon ridha-Mu dan juga ridhanya, wahai Zat Yang Maha memelihara seluruh alam (limpahanlah kepadaku) dengan kesehatan yang abadi, dan kematian yang memegang kitab-Mu dan selalu berpegang pada ahlus sunnah wal jamaah, dan dua kalimat syahadat sebagai pegangan tanpa adanya perubahan maupun pergeseran.”
Do’a Setelah Membaca Sholawat
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ والنَّارِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Allahumma inna nas aluka ridhaka wal jannah, wana’udzu bika min sakhatika wan nar, rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban naar.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridhaan-Mu dan surga, kami berlindung pada-Mu dari murka-Mu dan siksa neraka. Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.”
Dalam kesimpulan, Teks Sholawat Nariyah adalah doa yang sangat dianjurkan dan dipuji oleh Nabi Muhammad SAW. Teks ini memiliki arti yang sangat dalam dan memiliki keutamaan yang sangat besar. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk membaca Bacaan Sholawat Nariyah dengan khusyu’, tulus, berulang, dan dengan menghadap kiblat.