Ada waktu-waktu di mana kita merasa hidup terlalu cepat berlalu, seperti pagi yang hilang begitu saja di antara ponsel, pekerjaan, dan kopi yang terlalu manis. Di tengah hiruk pikuk itu, sholat dhuha hadir seperti jeda lembut, mengajak kita mengingat bahwa langit pagi masih sama birunya, dan rezeki tak selalu tentang uang atau jabatan.
Sholat dhuha, yang dilakukan di waktu matahari mulai meninggi, menyimpan doa yang tak hanya indah dalam kalimatnya, tetapi juga menggugah dalam maknanya. Salah satu bacaan yang sering kita lantunkan adalah Surah Asy-Syams dan Ad-Dhuha, dua surah yang membawa pesan pengharapan sekaligus penghiburan.
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari…”
Begitu pembukaan Surah Asy-Syams bergema, hati kita diingatkan tentang kebesaran alam. Matahari yang kita nikmati setiap pagi bukan sekadar benda langit; ia adalah tanda kasih sayang Allah yang menghidupkan. Betapa sering kita lupa bersyukur atas rutinitas sederhana seperti hangatnya sinar pagi. Berikut versi lengkap Surah Asy-Syams (91) ayat 1-15:
وَالشَّمْسِ وَضُحٰىهَاۖ ١
wasy-syamsi wa dluḫâhâ
Demi matahari dan sinarnya pada waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),
وَالْقَمَرِ اِذَا تَلٰىهَاۖ ٢
wal-qamari idzâ talâhâ
demi bulan saat mengiringinya,
وَالنَّهَارِ اِذَا جَلّٰىهَاۖ ٣
wan-nahâri idzâ jallâhâ
demi siang saat menampakkannya,
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَاۖ ٤
wal-laili idzâ yaghsyâhâ
demi malam saat menutupinya (gelap gulita),
وَالسَّمَاۤءِ وَمَا بَنٰىهَاۖ ٥
was-samâ’i wa mâ banâhâ
demi langit serta pembuatannya,
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ ٦
wal-ardli wa mâ thaḫâhâ
demi bumi serta penghamparannya,
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ ٧
wa nafsiw wa mâ sawwâhâ
dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya,
فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ ٨
fa al-hamahâ fujûrahâ wa taqwâhâ
lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩
qad aflaḫa man zakkâhâ
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ١٠
wa qad khâba man dassâhâ
dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.
كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ بِطَغْوٰىهَآۖ ١١
kadzdzabats tsamûdu bithaghwâhâ
(Kaum) Samud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas
اِذِ انْۢبَعَثَ اَشْقٰىهَاۖ ١٢
idzimba‘atsa asyqâhâ
ketika orang yang paling celaka di antara mereka bangkit (untuk menyembelih unta betina Allah).
فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ نَاقَةَ اللّٰهِ وَسُقْيٰهَاۗ ١٣
fa qâla lahum rasûlullâhi nâqatallâhi wa suqyâhâ
Rasul Allah (Saleh) lalu berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina Allah ini beserta minumannya.”
فَكَذَّبُوْهُ فَعَقَرُوْهَاۖ فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُمْ بِذَنْۢبِهِمْ فَسَوّٰىهَاۖ ١٤
fa kadzdzabûhu fa ‘aqarûhâ fa damdama ‘alaihim rabbuhum bidzambihim fa sawwâhâ
Namun, mereka kemudian mendustakannya (Saleh) dan menyembelih (unta betina) itu. Maka, Tuhan membinasakan mereka karena dosa-dosanya, lalu meratakan mereka (dengan tanah).
وَلَا يَخَافُ عُقْبٰهَاࣖ ١٥
wa lâ yakhâfu ‘uqbâhâ
Dia tidak takut terhadap akibatnya.
Kemudian, ada Surah Ad-Dhuha, favorit banyak orang, terutama mereka yang tengah berjuang melewati badai hidup. Berikut Surah Ad-Dhuha (93) ayat 1-11:
وَالضُّحٰىۙ ١
wadl-dluḫâ
Demi waktu duha
وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ ٢
wal-laili idzâ sajâ
dan demi waktu malam apabila telah sunyi,
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ ٣
mâ wadda‘aka rabbuka wa mâ qalâ
Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu.
وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ ٤
wa lal-âkhiratu khairul laka minal-ûlâ
Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia).
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ ٥
wa lasaufa yu‘thîka rabbuka fa tardlâ
Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.
اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ ٦
a lam yajidka yatîman fa âwâ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu);
وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ ٧
wa wajadaka dlâllan fa hadâ
mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu);
وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ ٨
wa wajadaka ‘â’ilan fa aghnâ
dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?
فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ ٩
fa ammal-yatîma fa lâ taq-har
Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ ١٠
wa ammas-sâ’ila fa lâ tan-har
Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik.
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْࣖ ١١
wa ammâ bini‘mati rabbika fa ḫaddits
Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur).
Dalam surah ini, Allah seperti berbicara langsung kepada kita, meyakinkan bahwa kesulitan adalah sementara. Dia berjanji bahwa setelah gelap, selalu ada terang. Bagi mereka yang merasa hilang arah, ayat ini seperti pelukan hangat: “Bukankah Dia mendapatimu yatim, lalu Dia melindungimu?”
Bacaan sholat dhuha, dengan doa penutup yang lirih, menjadi kesempatan bagi kita untuk menyerahkan segala harap dan lelah.
Doa setelah Sholat Dhuha
اللهُمَّ إِنَّ الصَّحَاءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بهاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزَلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجُهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا (مُعَسَّرًا) فَيَسِرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهَرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرَبْهُ بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allâhumma innad dlaḥâa dlaḥâ’uka, wal bahâa bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna musiran (mu’assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba’îdan fa qarribhu, bi haqqi dlaḥâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika âtinî mâ ataita ‘ibâdakas shâlihîn.
Artinya:
“Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, kuasa ini adalah kuasa-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu.Wahai Tuhanku, jika rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah. Jika berada di dalam bumi maka keluarkanlah. Jika sukar atau dipersulit (kudapat), mudahkanlah. Jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah. Jika jauh, dekatkanlah. Dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”
Menutup sholat dhuha, hati terasa ringan. Seperti pagi yang baru, kita kembali diingatkan untuk terus melangkah, percaya bahwa setiap doa yang kita lantunkan telah sampai di langit. Sholat dhuha adalah bukti cinta yang tak pernah putus, antara kita dan Dia yang Maha Mengasihi.
Selain memahami niat dan tata cara sholat Dhuha, penting juga untuk memahami bacaan sholat lengkap yang meliputi doa iftitah, surah Al-Fatihah, ayat-ayat pilihan, serta tasyahud. Dengan melafalkan bacaan-bacaan ini dengan benar, sholat Dhuha kita akan menjadi lebih khusyuk dan bermakna. Terlebih lagi, sholat Dhuha dikenal sebagai amalan sunnah yang mendatangkan rezeki, sehingga memahami setiap bacaan menjadi bagian penting untuk memaksimalkan manfaat spiritualnya.